Kamis, 27 April 2017

SABAR

Dari Shuhaib, Rasul SAW bersabda : "Pada zaman dahulu ada seorang raja memelihara seorang tukang sihir, dan disaat tukang sihir itu menginjak usia lanjut, ia menasehati sang raja, supaya mempersiapkan pengganti sewaktu-waktu ia mati. Oleh karena itu dicarilah seorang pemuda yang dapat dididik menjadi tukang sihir. Alkisah, sesudah melacak keberbagai daerah, raja menemukan seorang pemuda yang patut kiranya dididik menjadi pengganti tukang sihir yang sudah lanjut usia itu.
Maka mulailah pemuda itu belajar sihir sesuai/menurut waktu-waktu tertentu di rumah tukang sihir, dan secara kebetulan jalan yang dilewati pemuda itu (dari rumahnya ketempat tukang sihir) terdapat seorang pendeta yang selalu mengajarkan agama secara aktif dirumahnya.
Alkisah, lama kelamaan tertariklah pemuda itu mendengarkan ajaran-ajaran yang disampaikan pendeta itu, ia merasa simpati dan pusa terhadapnya, sehingga datangnya ke tempat tukang sihir menjadi terlambat, maka setiap itu pula ia mendapat hukuman/dipukul tukang sihir. Dan hal itu disampaikan kepada pendeta, lalu ia diberi nasehat oleh sang pendeta, katanya : "Jika kau takut dihukum tukang sihir, jelaskan padanya, bahwa kau masi disuruh ibumu, dan jika kau terlambat pulang kerumah, jelaskan kepada ibumu, bahwa kau masih diberi pelajaran oleh tukang sihir."
Maka dengan petunjuk pendeta , ia dapat belajar sihir dengan baik (maksudnya tidak dihukum baik oleh tukang sihir atau ibunya sendiri), hingga pada suatu hari ia berjalan, tiba-tiba di tengah jalan ada seekor hewan besar yang mengakibatkan lalulintas masyarakat didaerah iu terganggu. Lalu pemuda itu berkata : "Pada hari ini, aku ingin tahu pasti, apakah tukang sihir itu yang lebih baik pelajarannya ataukah pelajaran agama dari pendeta itu?"
Kemudian diambilnya sebuah batu seraya berkata : "Ya Allah, jika pelajaran dari pendeta itu lebih baik daripada pelajaran tukang sihir, maka tewaskanlah hewan yang buas ini, supaya masyarakat merasa aman ber lalu lintas dijalan ini."
Dilemparkan batu itu pada tubuh hewan buas itu, dan tewaslah ia, sehingga lalu lintas masyarakat pulih aman lagi. Lalu kejadian itu dilaporkan kepada pendeta, dan dijawab oleh sang pendeta : "Sekarang kau lebih hebat daripada aku, ingatlah kau akan mendapat cobaan, maka disaat itu, sekali-kali jangan kau sebut namaku."
Alkisah pemuda itu diberi karunia oleh Allah, sehingga dapat mengobati/menyembuhkan aneka macam penyakit yang sulit sembuhnya. Sehingga tersiarlah berita seorang pemuda seorang pemuda yang dapat menyembuhkan berbagai penyakit ini keseluruh pelosok kerajaan.
Di istana kerajaan, ada seorang kawan raja menderita sakit mata hingga buta, ikhtia telah dilakukan ke dokter mana saja, tetapi seorangpun tidak ada yang dapat menyembuhkannya, akhirnya dibawa kepada pemuda itu dan dibawanya pula hadiah tiada terhingga banyaknya, katanya : "Kalau kau dapat menyembuhkan penyakitku ini, maka semua barang yang kuhimpun ini kuhadiahkan kepada mu."
Jawabnya : "Aku tidak mampu menyembuhkan penyakitmu, karena yang menyembuhkan Allah SWT, maka jika kau beriman kepada-Nya, aku akan berusaha dengan memanjatkan doa kepada-Nya, lalu Dia menyembuhkan kamu."
Alkisah, ia segera beriman, dan berdo'alah pemuda itu, maka saat itu jugaia dapat melihat matanya yang semula buta.
Kemudian kembalilah ia ke istana  raja, dan ta'jublah itu menyaksikan kawannya sudah dapat melihat matanya, raja bertanya : "Siapakah yang dapat menyembuhkan penyakitmu?" Jawabnya " "Tuhanku."
"Adakah Tuhan bagimu selain aku?"
Jawabnya : :Tuhanku dan Tuhanmu yaitu Allah SWT."
Karena marahnya, segera ia disiksa dan raja menyerukan supaya ia mau kembali pada agama rajanya semula, namun ia tetap beriman kepada Allah, dan raja semakin meuncak marahnya dengan tiada hentinya ia dianiaya, sehingga ia menunjukkan pemuda yang menyembuhkan penyakitnya itu.
Alkisah, pemuda itu dipanggil dan ditanya oleh sang raja. "hai anakku, hebat sekali pelajaran sihirmu itu, hingga mampu menyembuhkan penyakit buta dan belang."
Jawabnya : "Sungguh, aku tiada kemampuan menyembuhkan penyakit apapu, kecuali Allah lah yang menyembuhkannya."
Lalu ia disiksa pula oleh raja, sehingga dengan berat ia menunjukkan gurunya, yaitu sang pendeta. Alkisah, pendeta itu dipanggil dan diserukan supaya murtad atas agamanya, namun karena ia tetap menolak seruan sang raja, akhirnya ia dibelah tubuhnya dengan gergaji menjadi dua, tewaslah pendeta itu. Selanjutnya kawan raja itupun diserukan lagi supaya murtad atas agamanya, namun karena ia tetap bersikeras, maka dibunuhlah ia dengan cara yang diperlakukan terhadap pendeta itu.
Kemudian diserukan kepada sang pemuda, supaya murtad atas agamanya, namun tetap ia menolaknya. Lalu raja mengerahkan sepasukan tentara militan, supaya membawa pemuda itu keatas bukit, maka dari atas bukit yang tinggi pemuda itu akan dilemparkan jika tidak mau murtad atas agamanya, sesampainya diatas sebuah bukit berdo'alah pemuda itu : "Ya Allah, selamatkanlah aku dari penganiayaan mereka sekehendak Mu."
Maka dengan kekuasaan Allah, bukit itu bergerak dan berjatuhanlah sepasukan tentara militan sang raja yang ditugaskan menewaskan pemuda itu. Lalu kembalilah pemuda itu menghadap sang raja, ditanyakan kepadanya : "Kemanakah sepasukan tentara militan yang membawamu?" Jawabnya : "Allah telah menyelamatkan aku dari penganiayaan mereka."
Kemudian raja menugaskan angkatan lautnya, supaya membawa pemuda itu ketengah samudera dengan sebuah kapal, maka dari atas kapal itu akan dibinasakan dan dilemparkan ke dasar lautan luas jika pemuda tetap menolak ajakan sang raja, namun sesampainya ditengah samudera luas, pemuda itu memanjatkan do'a :"Ya Allah, selamatkanlah aku dari penganiayaan mereka sekehendak Mu." Maka dengan iradat dan kekuasaan Allah, tenggelamlah kapal laut berikut pasukan angkatan laut raja itu. Lalu kembalilah pemuda itu menghadap sang raja, ditanyakan padanya :"Kemanakan armada angkatan laut yang membawamu itu/" Jawabnya :"Allahlah yang menyelamatkan aku dari penganiayaan mereka." kata pemuda itu :"Hai sang raja, sia-sialah usaha mu karena kau tak mungkin bisa membunuhku kecuali jika kau mau mendengarkan nasehatku. Jawabnya :"Apakah nasihatmu itu hay pemuda."
Jawab sang pemuda :"Kerahkan seluruh rakyatmu supaya berkumpul di suatu lapangan luas dan terbuka, lalu gantunglah aku disebuah tiang, dan ambillah anak panahku dari tempatnya, letakkanlah pada busurnya, kemudian lepaskanlah kearah tubuhku seraya mengucapkan : "Dengan menyebut asma Allah, tuhannya pemuda ini." Maka jika kau laksanakan nasihatku ini, pasti kau dapat menewaskan aku."
Alkisah, raja itu segera melaksanakan apa yang telah dinasehatkan oleh pemuda tadi. Sesudah anak panah diletakan pada busurnya dengan disaksikan oleh seluruh rakyat dari segenap penjuru kerajaan, lalu dilepaskanlah ke arah pemuda yang sudah digantung pada sebuah tiang, maka ucapan '"Dengan menyebut asma Allah, tuhannya pemuda ini" dikeluarkan dari mulut sang raja yang disaksikan oleh seluruh rakyatnya. Tepat mengenai pelipis pemuda itu, dan ia memegang lukanya itu hingga meninggal dunia.
Maka seluruh rakyat yang menyaksikan peristiwa ini, secara bersama-sama menyatakan beriman kepada Allah, tuhannya pemuda itu.
Kemudian setelah raja mendengar pernyataan iman dari seluruh rakyatnya kepada Allah, tuhannya pemuda itu, maka semua aparat kerajaan ditugaskan supaya memulihkan kepercayaan rakyat terhadap agama mereka yang semula, yakni dengan menggali parit disetiap persimpangan jalan dan mengisinya dengan api besar yang menyala-nyala, lalu setiap orang yang lewat dijerumuskan dalam parit yang berisi api itu, jika menolak seruan sang raja.
Alkisah, segenap aparat pemerintah kerajaan melaksanakan tugasnya dengan disiplin tanpa memandang bulu dan jenis (pria ataukah wanita), hingga tibalah saatnya seorang wanita yang membawa anak bayinya, ia diseru supaya murtad atas agamanya, tetapi ia tetap menolak, dan kemudian ia bersama bayinya akan dijerumskan kedalam parit yang apinya menyala-nyala itu, tiba-tiba wanita itu tidak sampai hati memandang bayinya yang belum berdosa, ia menjadi ragu, tetapi akhirnya bayi itu mendesak, katanya :"Hai ibu, bersabarlah, (maksudnya mengajak ibunya masuk kedalam parit berisi api), sungguh ibu berada diatas agama yang benar."  (HR. Muslim)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar