Jumat, 12 Mei 2017

MUJAHADAH (DENGAN TAFSIR IBNU KATSIR)

Menguasai diri atau menenangkan diri  dari nafsu yang menginginkan kesenangan sementara saja, kemudian menyesal sepanjang masa tiada teratas. Itulah sebabnya diperlukan mujahadah, yakni bersungguh-sungguh dalam taat atau beribadah dengan menyingkirkan/menaklukan musuh yang bersarang pada tubuh tiap insan yang dikenal dengan "hawa nafsu". 
Mastering yourself or calming down from lust for temporary pleasures, then regret all the time is not overcome. That is why it takes a mujahadah, ie seriously in obedience or worship by removing / conquering enemies nesting on the body of every human being known as "lust".

Banyak sekali ayat-ayat Al-Quran yang menyerukannya, diantaranya :
There are so many verses of the Qur'an that call for it, including:

وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا ۚ وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ
Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik. (Al-Ankabut : 69)
As for those who strive in Us, We surely guide them to Our paths, and lo! Allah is with the good.

TAFSIR IBNU KATSIR
IBN KATSIR'S TAFSIR

Artinya, mereka adalah Rasulullah SAW, para sahabatnya, para pengikutnya sampai hari kiamat. Yakni Kami benar-benar akan memperlihatkan kepada mereka jalan-jalan Kami di dunia dan akhirat.
That is, they are Rasulullah SAW, his companions, his followers until the Day of Resurrection. Namely We will indeed show them Our streets in the world and the Hereafter.

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Ahmad Ibnu Abul Hawari, telah menceritakan kepada kami Abu Abbas Al-Hamdani Abu Ahmad (seorang ulama dari kalangan penduduk Akka) sehubungan dengan makna firman Nya : Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik. (Al-Ankabut : 69) Yaitu orang-orang yang mengamalkan ilmunya, kelak Allah akan memberi mereka petunjuk terhadap apa yang mereka tidak ketahui sebelumnya. Ahmad Ibnu Abdul Hawari mengatakan bahwa ia menceritakan hal tersebut kepada Abu Sulaiman Ad-Darani, dan ternyata Abu Sulaiman merasa kagum dengan takwil ini. Lalu ia berkata, "Tidak layak bagi seseorang yang mendapat inspirasi suatu kebaikan, lalu ia langsung mengamalkannya sebelum ia mendengar hal yang mengukuhkannya dari asar. Apabila ia telah mendengar hal yang mengukuhkannya dalam asar, barulah ia boleh mengamalkannya, dan hendaklah ia memuji kepada Allah sehingga ucapannya selaras dengan apa yang terkandung didalam qalbunya."
Ibn Abu Hatim said, has told us my father, has told us Ahmad Ibn Abul Hawari, has told us Abu Abbas Al-Hamdani Abu Ahmad (a scholar of Akka's population) in connection with the meaning of God word: And those who Jihad for (seeking) Our mercy, We will indeed show them Our streets. And verily Allah is with those who do good. (Al-Ankabut: 69) That is the people who practice their knowledge, God will give them a clue to what they did not know before. Ahmad Ibn Abdul Hawari said that he told Abu Sulaiman Ad-Darani, and Abu Sulaiman was amazed by this takwil. Then he said, "It is not worthy of a man to be inspired by a goodness, and he immediately put it into practice before he hears the thing that establishes it from the root: if he has heard the thing that establishes it in the root, then he may practice it, and let him praise God His words are in harmony with what is contained in his heart. "

Firman Allah SWT 
Allah SWT Word

إِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ
Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik. (Al-Ankabut : 69)
and lo! Allah is with the good. (Al-Ankabut 69)

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepaa kami Isa Ibnu Ja'far Qadi Ar-Ray, telah menceritakan kepada kami Abu Ja'far Ar-Razi, dari Al-Mugirah, dari Asy-Sya'bi yang mengatakan bahwa Isa putra Maryam pernah berkata, "Sesungguhnya kebaikan yang hakiki ialah bila kamu berbuat baik terhaap orang yang berbuat jahat terhadap dirimu, dan bukanlah kebaikan yang hakiki itu bila kamu berbuat baik terhadap orang yang telah berbuat baik kepada kepadamu." hanya Allah Yang Maha Mengetahui. 
Ibn Abu Hatim said, had told us my father, had told us to Isa Ibn Ja'far Qadi Ar-Ray, had told us Abu Ja'far Ar-Razi, from Al-Mugirah, from Asy-Sya'bi who said That Jesus son of Mary had said, "The true goodness is that if you do good to those who do evil against you, and not the essential good if you do good to those who have done good to you." Only God is the Knower.

وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّىٰ يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ
dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal) (Al Hijr 99)
And serve thy Lord till the Inevitable cometh unto thee. (Al-Hijr 99)

Menurut Imam Bukhari, Salim mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah ajal atau maut. Yang dimaksud dengan Salim ialah Salim Ibnu Abdullah Ibnu Umar. According to Imam Bukhari, Salim said that the meaning in question is doom or death. Salim is Salim Ibn Abdullah Ibnu Umar.

Seperti yang dikatakan oleh Ibnu Jarir, bahwa telah menceritakan kepada kami Muhammad Ibnu Basysyar, telah menceritakan kepada kami Yahya Ibnu Sa'id, dari Sufyan, telah menceritakan kepada kami Tariq Ibnu Abdur Rahman, dari SAlim Ibnu Abdullah sehubungan dengan makna firman Nya : dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal) (Al Hijr 99). Menurutnya, yang dimaksud dengan hal yang diyakini ialah maut atau ajal. 
As Ibn Jarir said, that has told us Muhammad Ibn Basysyar, has told us Yahya Ibn Sa'id, from Sufyan, has told us Tariq Ibn Abdur Rahman, from SAlim Ibn Abdullah in connection with the meaning of His word: and worship Your Lord comes to you who are believed (doom) (Al Hijr 99). According to him, what is meant by things that are believed to be death or death.
Hal yang sama telah dikatakan oleh Mujahid, Al Hasan, Qatadah, Abdur Rahman Ibnu Zaid Ibnu Aslam, serta lain-lainnya. 
The same has been said by Mujahid, Al Hasan, Qatadah, Abdur Rahman Ibn Zaid Ibn Aslam, and others.
Sebagai dalilnya ialah firman Allah SWT, dalam ayat lain ketika menceritakan perihal ahli neraka. Disebutkan bahwa mereka mengatakan : 
As his argument is the word of Allah SWT, in another verse when telling about the experts of hell. Mentioned that they say:

 قَالُوا لَمْ نَكُ مِنَ الْمُصَلِّينَ  (43) وَلَمْ نَكُ نُطْعِمُ الْمِسْكِينَوَ (44)  كُنَّا نَخُوضُ مَعَ  الْخَائِضِينَ (45)  حَتَّىٰ أَتَانَا الْيَقِينُ (46)  وَكُنَّا نُكَذِّبُ بِيَوْمِ الدِّينِ(47
(43) Mereka menjawab: "Kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat, (44) dan kami tidak (pula) memberi makan orang miskin, (45) dan adalah kami membicarakan yang bathil, bersama dengan orang-orang yang membicarakannya, (46) dan adalah kami mendustakan hari pembalasan, (47) hingga datang kepada kami kematian". (Al Mudatstsir : 43-47)
They will answer: We were not of those who prayed (43) Nor did we feed the wretched.(44) We used to wade (in vain dispute) with (all) waders, (45) And we used to deny the Day of Judgment, (46)  Till the Inevitable came unto us. (47) (Al Muddatsir 43-47)

Didalam hadits sahih melalui hadits Az-Zuhri, dari Kharijah Ibnu Zaid Ibnu Sabit, dari Ummul Ala (seorang wanita dari kalangan anshar) disebutkan :
bahwa ketika Rasulullah SAW  masuk ketempat Usman Ibnu Maz'un yang telah mati, lalu Ummul Ala berkata, "Semoga rahmat Allah terlimpahkan kepadamu hai Abus Sa'ib (nama julukan Usman Ibnu Maz'un) Kesaksianku terhadapmu menyatakan bahwa Allah telah memuliakanmu." maka Rasulullah SAW , bersabda "Apakah yang membuatmu mengetahui bahwa Allah telah memuliakannya?" Ummul Ala berkata, "Ayah dan ibuku menjadi tebusanmu wahai Rasulullah, maka siapa lagikah yang mau memberikan kesaksian (untuknya)?" Rasulullah SAW bersabda, "Adapun dia,sesungguhnya dia telah kedatangan hal yang meyakinkan (yakni kematian), dan sesungguhnya saya benar-benar memohon kebaikan (untuknya)." 
In the hadith sahih through the hadith Az-Zuhri, from Kharijah Ibn Zaid Ibn Sabit, from Ummul Ala (an anshar woman) is mentioned:
That when Rasulullah SAW entered the place of Usman Ibn Maz'un who had died, then Ummul-Ala said, "May Allah's grace bestow upon you Abus Sa'ib (Usman Ibnu Maz'un's nickname) My testimony against you declares that God has honored you." Then Rasulullah SAW, said "What makes you know that God has honored him?" Ummul Ala said, "My father and mother become your ransom, O Messenger of Allah, then who else is willing to give testimony (for him)?" Rasulullah SAW said, "As for him, indeed he has the coming of the convincing (ie death), and indeed I really ask for good (for him)."

Firman Allah SWT :
Allah SWT Word :

وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّىٰ يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ

dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal) (Al Hijr 99)
And serve thy Lord till the Inevitable cometh unto thee. (Al-Hijr 99)

Dari makna ayat ini disimpulkan bahwa ibadah seperti shalat dan lain-lainnya diwajibkankepada manusia selagi akalnya sehat dan normal, maka ia mengerjakan shalatnya sesuai dengan kondisinya, seperti yang telah disebutkan didalam kitab shahih Bukhari, dari Imran Ibnu Husain r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda : Shalatlah sambil berdiri ; dan jika kamu tidak mampu (berdiri), maka (shalatlah) dengan duduk, dan jika kamu tidak mampu (duduk), maka (shalatlah) dengan berbaring pada lambung.
From the meaning of this verse it is concluded that worship such as prayer and others are obliged to human while their mind are healthy and normal, so they do their prayers according to their condition, as mentioned in the book of Sahih Bukhari, from Imran Ibn Husayn r.a. Who said that Rasulullah SAW said: Pray while standing; And if you can not stand (standing), then (pray) by sitting, and if you can not (sit), then (pray) by lying on the stomach.


Keterangan ini dapat dijadikan dalil yang menyalahkan pendapat sebagian orang-orang ateis yang mengatakan bahwa makna yang dimaksud dengan al-yaqin dalam ayat ini adalah makrifat. Untuk itu mereka mengatakan bahwa bilamana seseorang dari mereka telah sampai kepada tingkatan makrifat, maka gugurlah taklif atau kewajiban mengerjakan ibadah. Hal ini jelas kekufuran, kesesatan dan kebodohan ;  karena sesungguhnya para Nabi dan para sahabatnya adalah orang yang paling makrifat keapda Allah dan paling mengetahui tentang hak-hak Allah serta sifat-sifatnya dan pengagungan yang berhak diperoleh Nya. Akan tetapi, sekalipun demikian mereka adalah orang yang paling banyak mengerjakan ibadah dan paling mengekalkan perbuatan-perbuatan kebaikan sampai ajal menjemput mereka.
This statement can be a postulate that blames the opinion of some atheists who say that the meaning of al-yaqin in this verse is makrifat. To that end they say that when one of them has reached the stage of makrifat, then the fall of taklif or the obligation to perform the worship. It is clear kufr, apostasy and ignorance; Because in fact the Prophets and their Companions are the most makrifat to Allah and most know about the rights of God and the qualities and exaltations that He deserves. However, even so they are the ones who do most of the worship and most perpetuate the good deeds until death to them.

وَاذْكُرِ اسْمَ رَبِّكَ وَتَبَتَّلْ إِلَيْهِ تَبْتِيلًا
Sebutlah nama Tuhanmu, dan beribadatlah kepada-Nya dengan penuh ketekunan (Al Muzzammil : 8)
So remember the name of thy Lord and devote thyself with a complete devotion

Yakni perbanyaklah mengingat Nya dan curahkanlah seluruh waktumu untuk beribadah kepadanya bila kamu telah selesai dari kesibukanmu dan menyelesaikan urusan duniawimu, sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain, firman Nya :
Namely keep remembering Him and pour out all your time to worship him when you are finished from your preoccupation and resolve your worldly affairs, as mentioned in another verse, His Word:

فَإِذَا فَرَغْتَ فَانْصَبْ
Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain (Al Insyirah : 7)
So when thou art relieved, still toil

Yaitu apabila kamu telah selesai dari kesibukanmu, maka curahkanlah dirimu untuk mengerjakan ketaatan kepada Nya dan beribadah kepada Nya, agar kamu menjadi orang yang berlapang dada. Ibnu Zaid telah mengatakan hal yang semakna atau mendekatinya.
That is, when you are finished from your preoccupation, pour yourselves into doing obedience to Him and worship Him, that you may be a man of heart. Ibn Zayd had said things that were meaningful or approached it.
Ibnu Abbas, Mujahid, Abu Saleh, Atiyyah, Ad-Dahhak, dan As-Saddi telah mengatakan sehubungan dengan makna firman Nya : dan beribadatlah kepada-Nya dengan penuh ketekunan (Al Muzammil : 8) 
Ibn Abbas, Mujahid, Abu Saleh, Atiyyah, Ad-Dahhak, and As-Saddis have already said with respect to the meaning of His word:and devote thyself with a complete devotion
Artinya, ikhlaslah kamu dalam beribadah kepadanya. Al-Hasan mengatakan bahwa bersungguh-sungguhlah kamu dan tekunkanlah dirimu dalam beribadah kepada Nya. Ibnu Jarir mengatakan, bahwa dikatakan kepada seseorang ahli ibadah bahwa dia adalah seorang yang mutabattil (tekun beribadah). Termasuk kedalam pengertian ini hadits yang melarang  ber-taba'ttul yakni menghabiskan seluruh usia untuk beribadah dan tidak mau kawin.
That is, sincerely you are in worship to him. Al-Hasan says that be earnest and be diligent in worshiping Him. Ibn Jarir said that it was said to a worshiper that he was a mutabattil (diligently worship). Included in this sense is the tradition which forbids taba'ttul ie spend all ages to worship and do not want to marry.

Firman Allah SWT :
Allah SWT word :

فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ
Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya.(Az Zilzal : 7)
And whoso doeth good an atom’s weight will see it then,
وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ
Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula. (Az Zilzal : 8)
And whoso doeth ill an atom’s weight will see it then.

Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ismail Ibnu Abdullah, telah menceritakan kepada kami Malik, dari Zaid Ibnu Aslam, dari Abu Saleh As-Saman, dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda, 
Imam Bukhari said that he had told us Ismail Ibn Abdullah, had told us Malik, from Zaid Ibn Aslam, from Abu Saleh As-Saman, from Abu Hurayrah, that the Messenger of Allah once said,
"Kuda itu bagi tiga macam orang lelaki, yaitu bagi seseorang menghasilkan pahala, dan bagi seseorang yang lain menjadi penutup, dan bagi seseorang lainnya lagi menghasilkan dosa. Adapun yang mendapatkan pahala dari kudanya ialah seorang lelaki yang menambatkan kudanya dijalan Allah. lalu kuda itu diikat di padang rumput atau di taman. Maka apa yang dimakannya sepanjang tali penambatannya di padang rumput atau taman itu akan menjadi pahala kebaikan bagi pemiliknya. DAn sekiranya kuda itu memutuskan tali penambatnya, lalu berlari sejauh satu syaraf atau dua syaraf, maka semua jejaknya dan tahi kotoran yang dikeluarkannya menjadi pahala kebaikan bagi pemiliknya. Dan sekiranya kuda itu melalui sebuah sungai (mata air), lalu minum air darinya, padahal pemiliknya tidak menginginkan kudanya minum, maka hal itu akan menjadi pahala baginya. Dan semuanya itu akan membawa pahala bagi lelaki yang memilikinya. 
The horse is for three kinds of men, that is for a person to produce a reward, and for others to be a cover, and for someone else to produce sin. As for the reward of his horse is a man who tethereth his horse in the path of Allah. Then the horse is tied up in the meadow or in the garden. So what he eats along his tethering cord in the meadow or the garden will be a reward for the good of the owner. If the horse had severed its rope, then ran as far as one nerve or two of nerves, then all its traces and the dung of the excrement it produced would be the reward of the good for the owner. And if the horse passes by a river (springs), then drinks water from it, whereas the owner does not want his horse to drink, it will be a reward for him. And it will bring a reward for the man who has it.
Dan seorang lelaki yang menambatkannya dengan niat untuk mencukupi kebutuhannya sendiri dan menjaga kehormatannya (agar tidak minta tumpangan dari orang lain) sedangkan dia tidak melupakan hak Allah yang ada pada leher kudanya dan tidak pula pada punggungnya, maka kudanya menjadi penutup baginya. 
And a man who binds him with the intention to provide for his own needs and keep his honor (so as not to ask for a ride from others) while he does not forget God's right on his horse's neck and not on his back, his horse becomes a cover for him.
Dan seorang lelaki yang menambatkannya karena berbangga diri, pamer dan ingin terkenal, maka kudanya itu akan membawa dosa baginya.
And a man who moored him for pride, showing off and wanting to be famous, then his horse will bring sin to him.
Lalu Rasulullah SAW ditanya tentang keledai, maka beliau SAW menjawab bahwa Allah SWT tidak menurunkan sesuatupun mengenainya kecuali hanya ayat yang tegas lagi mencakup ini, yaitu firman Nya : Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula. (Az Zilzal : 7-8) 
Then Rasulullah SAW asked about the donkey, then he SAW replied that Allah Almighty did not drop anything about it except only a firm verse covering this, that is his word: And whoso doeth good an atom’s weight will see it then, Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula (Az Zilzal)

Imam muslim meriwayatkannya melalui hadits Zaid Ibnu Aslam dengan sanad yang sama.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yazid Ibnu Harun, telah menceritakan kepada kami Jarir Ibnu Hasim, telah menceritakan kepada kami Al Hasan, dari Sa'sa'ah Ibnu Mu'awiyah pamannya Farazdaq, bahwa ia datang menghadap kepada Nabi SAW, maka beliau SAW, membacakan kepadanya firman Allah SWT : Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula. (Az Zilzal : 7-8) Lalu ia berkata, "Sudah cukup bagiku ayat ini, aku tidak perduli bila tidak mendengarkan yang lainnya."
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Nasai didalam kitab tafsir, dari Ibrahim Ibnu Muhammad Ibnu Yunus Al-Mud-Addib, dari ayahnya, dari Jarir Ibnu Hazim, dari Al Hasan Al-Basri yang mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Sa'sa'ah pamannya Farazdaq, kemudian disebutkan hal semisal. 
Imam Muslim narrated it through the hadith of Zaid Ibnu Aslam with the same sanad.
Imam Ahmad said that he told us Yazid Ibn Harun, has told us Jarir Ibn Hashim, has told us Al Hasan, from Sa'sa'ah Ibn Mu Muawiyah his uncle Farazdaq, that he came to the Prophet SAW, so he SAW, read to him the word of Allah SWT : And whoso doeth good an atom’s weight will see it then, Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula (Az Zilzal) Then he said, "It's enough for me this verse, I do not care if I do not listen to others."
The same has been narrated by Imam Nasai in the book of exegesis, from Ibrahim Ibn Muhammad Ibn Yunus al-Mud-Addib, from his father, from Jarir Ibn Hazim, from Al Hasan Al-Basri who said that has told us Sa'sa'ah His uncle Farazdaq, then mentioned such things.

Didalam kitab sahih Bukhari disebutkan bahwa telah diriwayatkan dari Adiy secara marfu' :
Hindarilah neraka, sekalipun dengan (menyedekahkan) separo buah kurma, dan sekalipun dengan kalimat yang baik.
In the Bukhari sahih it is mentioned that it has been narrated from Adiy in marfu ':
Avoid hell, even with (giving) half the date palms, and even with a good sentence.

Juga dari Adiy disebutkan didalam kitab sahih :
Jangan sekali-kali kamu meremehkan sesuatupun dari kebajikan, sekaipun dalam bentuk engkau menuangkan sebagian air dari timbamu  ke wadah orang yang meminta minum, dan sekalipun dalam rupa engkau sambut saudaramu dengan wajah yang berseri-seri.
Also from Adiy mentioned in the sahih:
Never underestimate anything from virtue, in that form you pour some of your water from your bucket into the drinking-drinker's container, and in spite of all you greet your brother with a radiant face.

Didalam hadits sahih disebutkan
Hai kaum wanita yang beriman, jangan sekali-kali seseorang meremehkan tetangganya sekalipun dengan mengirimkan kikil kambing.
In the hadith sahih mentioned
O believing women, never let anyone underestimate their neighbors by sending goat gravel.

Didalam hadits yang lain disebutkan
Berikanlah kepada peminta-minta sekalipun berupa kikil yang dibakar. 
In another hadith mentioned
Give to the beggars even in the form of burnt gravel.

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad Ibnu Abdullah Al-Ansari, telah menceritakan kepada kami Kasir Ibnu Zaid, dari Al-Muttalib Ibnu Abdullah, dari Aisyah, bahwa Rasulullah SAW  pernah bersabda, "Hai Aisyah, lindungilah dirimu dari api neraka, sekalipun dengan menyedekahkan separo biji kurma, karena sesungguhnya separo biji kurma yang dapat mengisi perut orang laparsebagaimana ia pun dapat mengisi perut orang yang kenyang."
Hadits diriwayatkan oleh Imam Ahmad secara munfarid. 
Imam Ahmad said that he had told us Muhammad Ibn Abdullah Al-Ansari, had told us Ibn-Zaid's Chief, from Al-Muttalib Ibn Abdullah, from Ayesha, that the Messenger of Allah (SAW) once said, "O Aisha, protect yourself from the fires of hell, By giving half of the date palm, for in fact half the date palm that can fill the belly of the laparer as he too can fill the stomach of a well-fed person. "
Hadith narrated by Imam Ahmad in munfarid.

وَمَا تُقَدِّمُوا لِأَنْفُسِكُمْ مِنْ خَيْرٍ تَجِدُوهُ عِنْدَ اللَّهِ هُوَ خَيْرًا وَأَعْظَمَ أَجْرًا
Dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan)nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya.(Al Muzammil : 20) 
Whatsoever good ye send before you for your souls, ye will find it with Allah, better and greater in the recompense. (Al Muzzammil 20)

Yakni semua sedekah yang kamu keluarkan dari tangan kalian, pahalanya akan kalian peroleh, dan hal ini lebih baik daripada harta yang kamu simpan buat dirimu sendiri didunia. 
That is all the alms that you take out of your hands, the reward you will get, and this is better than the treasure you keep for yourself in the world.

Al-Hafiz Abu Ya'la Al-Mausuli mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Khaisama, telah menceritakan kepada kami Jarir, dari Al A'masy, dari Ibrahim Ibnul Haris Ibnu Suwaid yang mengatakan bahwa Abdullah pernah berkata, bahwa Rasulullah SAW, telah bersabda, "Siapakah diantara kamu yang hartanya lebih ia cintai daripada harta ahli warisnya?" mereka menjawab, "WAhai Rasulullah, tiada seorang pun dari kami meainkan hartanya lebih disukainya ketimbang harta ahli warisnya." Rasulullah SAW bersabda, "Jelaskanlah alasan kalian!"  Mereka menjawab, "Kami tidak mengetahui selain itu ya Rasulullah." RAsulullah SAW menjawab, "Sesungguhnya harta seseorang dari kamu hanyalah apayang dia gunakan dan hara ahli warisnya adalah yang dia simpan."
Imam bukhari meriwayatkan hadits ini melalui Hafs Ibnu Gayaas, dan Imam Nasai meriwayatkannya melalui Abu Mu;awiyah, keduanya dari Al-A'masy dengan sanad yang sama. 
Al-Hafiz Abu Ya'la Al-Mausuli said, told us Abu Khaisama, had told us Jarir, from Al A'masy, from Ibrahim Ibnul Haris Ibn Suwaid who said that Abdullah once said that the Messenger of Allah , "Who among you is his treasure he loves more than his heirs?" They answered, "O Messenger of Allah, none of us but his treasures more favored than his heirs." Messenger of Allah said, "Explain your reasons!" They replied, "We do not know otherwise, O Messenger of Allah." Messenger of Allah replied, "Surely someone's possessions from you are only what he uses and the heirs are the ones he keeps."
Imam Bukhari narrates this hadith through Hafs Ibn Gayaas, and Imam Nasai narrates it through Abu Mu awiyah, both of Al-A'masy with the same sanad.
Hadtis tentang MUJAHADAH

عَنْ أَبِـيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ ، قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللّـهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : «إِنَّ اللهَ تَعَالَـى قَالَ : مَنْ عَادَى لِـيْ وَلِيًّا فَقَدْ آذَنْتُهُ بِالْـحَرْبِ ، وَمَا تَقَرَّبَ عَبْدِيْ بِشَيْءٍ أَحَبَّ إِلَـيَّ مِمَّـا افْتَرَضْتُهُ عَلَيْهِ ، وَمَا يَزَالُ عَبْدِيْ يَتَقَرَّبُ إِلَـيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ، فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِيْ يَسْمَعُ بِهِ ، وَبَصَرَهُ الَّذِيْ يُبْصِرُ بِهِ ، وَيَدَهُ الَّتِيْ يَبْطِشُ بِهَا ، وَرِجْلَهُ الَّتِيْ يَمْشِيْ بِهَا ، وَإِنْ سَأَلَنِيْ لَأُعْطِيَنَّهُ ، وَلَئِنِ اسْتَعَاذَنِـيْ لَأُعِيْذَنَّهُ».
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu ia berkata, Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ”Sesungguhnya Allâh Azza wa Jalla berfirman, ’Barangsiapa memusuhi wali-Ku, sungguh Aku mengumumkan perang kepadanya. Tidaklah hamba-Ku mendekat kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku cintai daripada hal-hal yang Aku wajibkan kepadanya. Hamba-Ku tidak henti-hentinya mendekat kepada-Ku dengan ibadah-ibadah sunnah hingga Aku mencintainya. Jika Aku telah mencintainya, Aku menjadi pendengarannya yang ia gunakan untuk mendengar, menjadi penglihatannya yang ia gunakan untuk melihat, menjadi tangannya yang ia gunakan untuk berbuat, dan menjadi kakinya yang ia gunakan untuk berjalan. Jika ia meminta kepada-Ku, Aku pasti memberinya. Dan jika ia meminta perlindungan kepadaku, Aku pasti melindunginya.’” 
From Abu Hurairah Radhiyallahu anhu he said, Rasûlullâh sallallaahu 'alaihi wa sallam said, "Verily Allâh Azza wa Jalla said,' Whoever is hostile to my guardian, I indeed declare war to him. My servant does not come closer to Me with something I love more than the things I oblige him. My servant ceaselessly approaches me with sunnah worship until I love him. If I have loved him, I have become the hearing he uses to hear, his visions which he uses to see, his hands which he uses to do, and becomes his feet he uses to walk. If he asks Me, I will give him. And if he asks for my protection, I must protect him. '"
Kelengkapan hadits ini adalah:
Completeness of this hadith is:
وَمَا تَرَدَّدْتُ عَنْ شَيْءٍ أَنَا فَاعِلُهُ تَرَدُّدِيْ عَنْ نَفْسِ الْمُؤْمِنِ يَكْرَهُ الْمَوْتَ وَأَنَا أَكْرَهُ مَسَاءَتَهُ
Aku tidak pernah ragu-ragu terhadap sesuatu yang Aku kerjakan seperti keragu-raguan-Ku tentang pencabutan nyawa orang mukmin. Ia benci kematian dan Aku tidak suka menyusahkannya. 
I never hesitate to do something I do as I doubt about the lifting of the believer's life. He hates death and I do not like to bother him.
TAKHRIJ HADITS

Hadits ini shahih. Diriwayatkan oleh Imam Bukhâri, no. 6502; Abu Nu’aim dalam Hilyatul Auliyâ’ , I/34, no. 1; al-Baihaqi dalam as-Sunanul Kubra, III/346; X/219 dan al-Baghawi dalam Syarhus Sunnah, no. 1248, dan lainnya 
This hadeeth is saheeh. Narrated by Imam Bukhâri, no. 6502; Abu Nu'aim in Hilyatul Auliy ', I / 34, no. 1; Al-Baihaqi in as-Sunanul Kubra, III / 346; X / 219 and al-Baghawi in Syarhus Sunnah, no. 1248, and others



Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu dia berkata, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, 

يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى : أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي وَأَنَا مَعَهُ إِذَا ذَكَرَنِي فَإِنْ ذَكَرَنِي فِي نَفْسِهِ ذَكَرْتُهُ في نَفْسِي وَإِنْ ذَكَرَنِي فِي مَلأٍ ذَكَرْتُهُ فِي مَلأٍ خَيْرٍ مِنْهُمْ وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَىَّ بِشِبْرٍ تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ ذِرَاعًا وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَىَّ ذِرَاعًا تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ بَاعًا وَإِنْ أَتَانِي يَمْشِي أَتَيْتُهُ هَرْوَلَةً  (رواه البخاري، رقم  7405 ومسلم ، رقم 2675 )
“Allah Ta’ala berfirman, 'Aku tergantung persangkaan hamba kepadaKu. Aku bersamanya kalau dia mengingat-Ku. Kalau dia mengingatku pada dirinya, maka Aku mengingatnya pada diriKu. Kalau dia mengingatKu di keramaian, maka Aku akan mengingatnya di keramaian yang lebih baik dari mereka. Kalau dia mendekat sejengkal, maka Aku akan mendekat kepadanya sehasta. Kalau dia mendekat kepada diri-Ku sehasta, maka Aku akan mendekatinya sedepa. Kalau dia mendatangi-Ku dengan berjalan, maka Aku akan mendatanginya dengan berlari." (HR bukhari, no. 7405 dan Muslim, no. 2675) 
From Abu Hurayrah (may Allaah be pleased with him) said that the Prophet sallallaahu alaihi wa sallam said,
"Allah Ta'ala says, 'I am dependent on the supposition of the servant to Me. I am with him if he remembers Me. If he remembers me to him, then I remember it to myself. If he remembers Me in the crowd, then I will remember him in a crowd that is better than them. If he approached an inch, then I will draw near to him a cubit. If he comes closer to me a cubit, then I will approach him as soon as possible. If he comes to me by walking, then I will come to him by running. "(HR Bukhari, no 7405 and Muslim, no 2675)

Dapat diperhatikan dalam hadits ini, hubungan yang sangat jelas sekali antara husnuzhan dengan amal.  Yaitu mengiringinya dengan mengajak untuk mengingat-Nya Azza Wa Jalla dan mendekat kepada-Nya dengan ketaatan. Siapa yang berprasangka baik kepada Tuhannya Ta’ala semestinya akan mendorongnya berbuat ihsan dalam beramal. 
Can be considered in this hadith, a very clear relationship between husnuzhan with charity. That is accompanied by inviting to remember Him Azza Wa Jalla and approaching Him with obedience. Those who are prejudiced to their Lord Ta'ala should encourage him to do ihsan in charity.

الرابع‏:‏ عن عائشة رضي الله عنها أن النبي صلى الله عليه وسلم كان يقوم من الليل حتى تنفطر قدماه، فقلت له‏:‏ لم تصنع هذا يا رسول الله، وقد غفر الله لك ما تقدم من ذنبك وما تأخر‏؟‏‏!‏ قال‏:‏ ‏ "‏ أفلا أحب أن أكون عبداً شكوراً‏؟‏‏"‏ ‏(‏‏(‏متفق عليه‏.‏ هذا لفظ البخاري، ونحوه في الصحيحين من رواية المغيرة بن شعبة‏)‏‏)‏‏.‏

Dari Aisyah radhiallahu 'anha bahwasanya Rasulullah s.a.w. berdiri untuk beribadat dari sebagian waktu malam sehingga pecah-pecahlah kedua tapak kakinya. Saya (Aisyah) lalu berkata padanya: "Mengapa Tuan berbuat demikian, ya Rasulullah, sedangkan Allah telah mengampuni untuk Tuan dosa-dosa Tuan yang telah lalu dan yang kemudian?" Rasulullah s.a.w. bersabda: "Adakah aku tidak senang untuk menjadi seorang hamba yang banyak bersyukurnya?(Muttafaq 'alaih) 
From Aisha radhiallahu 'anha that Rasulullah s.a.w. Stood up to worship from a part of the night so broke his feet. I (Aisha) then said to him: "Why do you do so, O Messenger of Allah, while Allah has forgiven for Master's past and subsequent sins?" Rasulullah s.a.w. Said: "Am I not happy to be a grateful servant?" (Muttafaq 'alaih)

Ini adalah menurut lafaz Bukhari dan yang seperti itu terdapat pula dalam kedua kitab shahih - Bukhari dan Muslim - dari riwayat Mughirah bin Syu'bah. 
This is according to lafadz Bukhari and such is also found in both the Sahih - Bukhari and Muslim - books of Mughirah ibn Shu'bah.


الخامس‏:‏ عن عائشة رضي الله عنها أنها قالت‏:‏ ‏ "‏ كان رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا دخل العشر أحيا الليل، وأيقظ أهله، وجد وشد المئزر‏"‏ ‏(‏‏(‏متفق عليه‏)‏‏)‏‏.‏

Dari Aisyah radhiallahu 'anha juga bahwasanya ia berkata: "Rasulullah itu apabila masuk hari sepuluh, maka ia menghidup-hidupkan malamnya dan membangunkan isterinya dan bersungguh-sungguh serta mengeraskan ikat pinggangnya." 
From Aisha (may Allaah be pleased with her) also said: "The Messenger of Allah, when he entered the tenth day, he lit up his night and woke his wife and earnestly and hardened his belt."

Yang dimaksudkan ialah: Hari sepuluh artinya sepuluh hari yang terakhir dari bulan Ramadhan - jadi antara tanggal 21 Ramadhan sampai habisnya bulan itu. Mi'zar atau izar dikeraskan ikatannya maksudnya sebagai sindiran menyendiri dari kaum wanita - yakni tidak berkumpul dengan isteri-isterinya, ada pula yang memberi pengertian bahwa maksudnya itu ialah amat giat untuk beribadat 

What it means is: Day ten means the last ten days of the month of Ramadan - so between the 21st of Ramadan and the end of that month. Mi'zar or izar hardened his ties meant as a lone satire of women - ie not gathered with his wives, some also gave the understanding that his intention was very keen to worship



السادس‏:‏ عن أبي هريرة رضي الله عنه قال‏:‏ قال رسول الله صلى الله عليه وسلم‏:‏ ‏ "‏ المؤمن القوي خير وأحب إلى الله من المؤمن الضعيف وفي كل خير‏.‏ احرص على ما ينفعك، واستعن بالله ولا تعجز‏.‏ وإن أصابك شيء فلا تقل‏:‏ لو أني فعلت كان كذا وكذا، ولكن قل‏:‏ قدر الله، وما شاء فعل؛ فإن لو تفتح عمل الشيطان‏"‏ ‏(‏‏(‏ رواه مسلم‏)‏‏)‏‏.‏

Dari Abu Hurairah r.a. katanya: Rasulullah s.a.w. bersabda: "Orang mu'min yang kuat adalah lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada orang mu'min yang lemah. Namun keduanya itupun sama memperoleh kebaikan. Berlombalah untuk memperoleh apa saja yang memberikan kemanfaatan padamu dan mohonlah pertolongan kepada Allah dan janganlah merasa lemah. Jikalau engkau terkena oleh sesuatu mushibah, maka janganlah engkau berkata: "Andaikata saya mengerjakan begini, tentu akan menjadi begini dan begitu." Tetapi berkatalah: "Ini adalah takdir Allah dan apa saja yang dikehendaki olehNya tentu Dia melaksanakannya," sebab sesungguhnya ucapan"andaikata" itu membuka pintu godaan syaitan." (HR. Muslim) 
From Abu Hurairah r.a. He said: Rasulullah s.a.w. It says: "The strong believer is better and more beloved by God than the weak believer, but both are equally good.Read to gain whatever benefits you and ask for help from God and do not feel weak If you are struck by a disaster, do not say: "If I did this, it would be so and so." But said: "This is the destiny of Allah and whatever He wills He will do it," because the word " If "it opens the door of Satan's temptation." (Muslim)



السابع‏:‏ عنه أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال‏:‏ ‏ "‏ حجبت النار بالشهوات، وحجبت الجنة بالمكاره‏"‏ ‏(‏‏(‏متفق عليه‏)‏‏)‏‏.‏

Dari Abu Hurairah r.a. pula bahwasanya, RasuluHah s.a.w. bersabda: "Ditutupilah neraka dengan berbagai kesyahwatan - keinginan -dan ditutupilah syurga itu dengan berbagai hal yang tidak disenangi." (HR. Bukhari - Muslim) 
(Muttafaq 'alaih) 

From Abu Hurairah r.a. Also that, RasuluHah s.a.w. Said: "Hell is covered with various spirits - desire - and covered the heaven with things that are unpopular." (Narrated by Bukhari - Muslim)(Muttafaq 'alaih)
Dalam sebuah riwayat, dari Muslim disebutkan dengan mengunakan kata huffat sebagai ganti kata hujibat, sedang artinya adalah sama, yaitu bahwa antara seseorang dengan neraka (atau syurga) itu ada tabirnya, maka jikalau tabir ini dilakukannya, tentulah ia masuk ke dalamnya. 
In a narration, from Muslim is mentioned by using the word huffat instead of the word hujibat, while the meaning is the same, ie that between a person and hell (or heaven) there is a veil, then if this veil is done, he must enter into it.



الثامن‏:‏ عن أبي عبد الله حذيفة بن اليمان، رضي الله عنهما، قال‏:‏ صليت مع النبي صلى الله عليه وسلم ذات ليلة، فافتتح البقرة، فقلت يركع عند المائة، ثم مضى؛ فقلت يصلي بها في ركعة، فمضى؛ فقلت يركع بها، ثم افتتح النساء؛ فقرأها، ثم افتتح آل عمران فقرأها، يقرأ مترسلاً إذا مر بآية فيها تسبيح سبح، وإذا مر بسؤال سأل، وإذا مر بتعوذ تعوذ، ثم ركع فجعل يقول‏:‏ ‏"‏ سبحان ربي العظيم‏"‏ فكان ركوعه نحواً من قيامه ثم قال‏:‏ ‏"‏ سمع الله لمن حمده، ربنا لك الحمد‏"‏ ثم قام قياماً طويلاً قريباً مما ركع، ثم سجد فقال‏:‏ ‏"‏ سبحان ربي الأعلى‏"‏ فكان سجوده قريباً من قيامه‏"‏ ‏(‏‏(‏رواه مسلم‏)‏‏.‏

Dari Abu Abdillah, yaitu Hudzaifah bin al-Yaman al-Anshari yang terkenal sebagai penyimpan rahasia Rasullah s.a.w., radhiallahu 'anhuma, katanya: "Saya bersembahyang beserta Nabi s.a.w. pada suatu malam maka beliau membuka - dalam rakaat pertama - dengan surat al-Baqarah. Saya berkata: "Beliau ruku' pada ayat keseratus, kemudian berlalulah." Saya berkata: "Beliau bersembahyang dengan bacaan tadi itu dalam satu rakaat, kemudian berlalu."
Selanjutnya saya berkata: "Beliau ruku' dengan bacaan di atas itu, kemudian membuka - dalam rakaat kedua - dengan surat an-Nisa' lalu membacanya, kemudian membuka lagi - sebagai lanjutan-nya - surat ali Imran, kemudian membacanya.
Beliau s.a.w. membacanya itu dengan rapi sekali - tidak tergesa-gesa - jikalau melalui ayat yang di dalamnya mengandung pentasbihan - memahasucikan - beliaupun mengucapkan tasbih, jikalau melalui ayat yang mengandung suatu permohonan, beliaupun memohon, jikalau melalui ayat yang menyatakan berta'awwudz - mohon perlindungan kepada Allah dari sesuatu yang tidak baik, beliaupun berta'awwudz - mohon perlindungan.
Kemudian beliau s.a.w. ruku' dan di situ beliau mengucapkan: Subhana rabbtal 'azhim.
Ruku'nya adalah seumpama saja dengan berdirinya - yakni perihal lamanya hampir persamaan belaka - selanjutnya beliau mengucapkan: Sami'allahu iiman hamidah. Rabbana lakal hamd," lalu berdiri dengan berdiri yang lama mendekati ruku'nya tadi. Seterusnya beliau bersujud lalu mengucapkan: Subhana rabbial a'la, maka sujudnya itu mendekati pula akan berdirinya - tentang lama waktunya." (HR. Muslim) 

From Abu Abdillah, Hudhayfah ibn al-Yaman al-Ansari which is well known as the secret keeper of the Messenger of Allah, may Allah be pleased with him, said: "I prayed with the Holy Prophet one night, so he opened - in the first bow - by the letter of al-Baqarah. I said: "He bow 'in the hundredth verse, then pass." I said: "He prayed with that reading in a single congregation, then passed."
Next I said: "He bowed with the above reading, then opened - in the second rakaat - with an an-Nisa 'letter then read it, then opened it again - as a follow-up - the letter ali Imran, then read it.
He s.a.w. Read it very neatly - not in a hurry - if it is through a verse in which it contains sanctification, pronounce the sanctification, if it is through a verse containing a petition, plead, if through a verse stating to be ta'awwudz - ask Allah for protection From something that is not good, he also to be ta'awwudz - please protection.
Then he s.a.w. Bowing and there he said: Subhana rabbtal 'azhim.
His bow is just the same as the establishment - that is about the duration of almost mere equality - then he said: Sami'allahu iiman hamidah. Rabbana lakal hamd, "then standing with a long standing close to his bow, and then he prostrated and then said: Subhana rabbial a'la, then his prostration was also close to its founding - about the length of time." (Muslim)


===============

Tidak ada komentar:

Posting Komentar